Tuesday, March 12, 2013

Lembah Baliem-Wamena


Ada ungkapan yang biasa dilontarkan oleh masyarakat luar tentang Kabupaten Jayawijaya, khususnya Kota Wamena, “ Kalau anda ke Tanah Papua namun tidak menginjakkan kaki di Kota Wamena, maka belum lengkaplah perjalanan anda di Tanah Papua.” Atau dengan ungkapan lain, “ Jangan pernah mengatakan bahwa anda sudah pernah  ke Papua kalau belum menginjakkan kaki di Wamena dan menikmati keindahan alamnya dan menyaksikan berbagai atraksi budayanya yang sangat terkenal.”
A.      Letak dan keadaan Geografis
Kabupaten Jayawijaya adalah salah satu kabupaten lama di Provinsi Papua ( dulu bernama Irian Jaya). Kabupaten ini beribu kota di Wamena yang terletak di Lembah Baliem, tepat di jantung Papua. Lembah baliem sangat terkenal, mungkin lebih terkenal ketimbang Jayawijaya atau Wamena. Dalam literature asing Lembah Baliem juga sering disebut sebagai Lembah Agung.
Kabupaten Jayawijaya  terletak antara 138 30’ sampai 1390 40’ Bujur Timur, dan antara 3045’ sampai 4020’ Lintang Selatan. Kabupaten ini merupakan daerah lembah dan pegunungan, tidak bersentuhan dengan daerah Pantai.
Batas-batas wilayah Kabupaten Jayawijaya adalah :
a.       Utara : Kab. Membramo Tengah, Yalimo, dan Tolikara
b.      Selatan : Kab.Nduga dan Yahukimo
c.       Timur : Kab.Yahukimo dan Yalimo
d.      Barat : Kab.Nduga

Sebelum  pemekaran luas wilayah Kabupaten Jayawijaya adalah 52.916 kilometer atau sekitar 12,58 % dari wilayah Provinsi Papua. Namun, setelah pemekaran yang terakhir pada tahun 2008 menjadi 8.496 kilometer persegi
B.      Topografi dan Iklim
Wilayah kabupaten Jayawijaya bervariasi, dari dataran rendah sampai pegunungan. Sekitar 80 % daerah ini tidak dihuni. Kemiringannya sekitar 65%, ketinggian antara 1500-5000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar terdiri dari gunung-gunung, bukit dan lembah yang memiliki tanah yang sangat subur.
Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, antara lain : Puncak Trikora ( 4.750 m), Puncak Mandala ( 4.700 m) dan Puncak Yamin (4.595 m).

Pegunungan ini amat menarik bagi wisatawan dan peniliti ilmu pengetahuan alam karena puncaknya yang selalu ditutupi salju walaupun berada di daerah tropis. Lereng gunung yang terjal dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi cirri khas pegunungan ini. Cekungan lembah sungai yang cukup luas hanya terdapat di Lembah Baliem Barat dan Lembah Baliem Timur (Wamena).

Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah member peluang pada hutan iklim sedang berkembang cepat di lembah ini.
Temperatur udara bervariasi antara 140 samapai 260 dan dibeberapa tempat sering terjadi hujan es. Curah hujan cukup tinggi rata-rata 190 mm tiap bulan dan berlaku sepanjang tahun.

C.      Flora dan Fauna
Kabupaten Jayawjaya banyak memiliki spisies baik flora maupun fauna . Kabupaten Jayawijaya menjadi habitat yang baik bagi berbagai jenis anggrek langka dan tanaman lain. Spesies burung bisa ditemui burung serell, cenderawasih, Kaka tua, nuri, belibis, kasuari dan lain sebagainya.
Beberapa spesies hewan langka yang terncam punah di daerah ini antara lain, udang serack, burung serell, cenderawasih merah, anggrek, buah merah dan lebah madu.


Sejarah Kabupaten Jayawijaya berkaitan erat dengan sejarah perkembangan gereja di wilayah ini. Seperti daerah lainnya di Papua dulu Jayawijya merupakan daerah yang terisolasi dari daerah luar. Tetapi sejak tahun 1950-an para Misionaris dari luar Negeri mulai berdatangan dan melakukan penginjilan di daerah ini.

Lembah baliem ditemukan secara tidak sengaja oleh Richard Archbold, ketua tim ekspedisi yang disponsori oleh American museum of Natural History melihat adanya lembah hijau luas dari kaca jendela pesawat yang mereka tumpangi pada tanggal 23 Juni 1938. Tim ekspedisi ini mendarat di Danau Habema dari sana mereka berjalan menuju lembah Baliem melalui lembah Ibele.

Pada tanggal 20 april 1954, sejumlah misionaris dari Amerika Serikat tiba di lembah Baliem termasuk Dr. Myron Bromley, tim misionaris ini mendarat di sungai Baliem tepatnya di desa Minimo dengan tujuan utama memperkenalkan agama Nasrani kepada Suku Dani di Lembah Baliem. Stasiun pertama misionaris didirikan di Hitigima.

Nama Asli Wamena dulunya adalah “Amoa” yang berarti tempat bertemu orang banyak. Namun ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama Wamena . ada yang berpendapat Nama Wamena berasal dari Bahasa Suku Dani yakni Wa dan Mena yang berarti babi jinak, itu sebabnya ciri khas cenderamata kota ini adalah foto atau gambar seorang wanita yang sedang menyusui seekor babi.

Ada juga pendapat mengenai kata Wamena berhubungan dengan kedatangan tim pertama Misionaris ke lembah ini, tugas pertama mereka adalah membangun lapangan terbang di dekat kali Uwe (Uweima), ini kemudian timbul pendapat yang mengatakan asal mula kata Wamena berasal dari kata Uweima artinya pinggir kali Uwe, yang oleh pendatang diucapkan dengan dialeg yang salah menjadi Wamena.

Pendapat ini juga belum tentu benar karena  dalam peta yang dibuat oleh ekspedisi Archbol (1938) kali Uwe juga disebut Wamena. Sementara dalam versi lain A.Akua menjelaskan dalam bukunya bahwa orang Wio, nama yang umum digunakan untuk daerah Lembah Baliem itu sendiri tidak mengenal suatu tempat dengan nama Wamena.

Nama itu diberikan pada tahun 1957-1958 oleh pendeta Jerry Rose yang tinggal dekat lapangan terbang sebagai pengurus barang milik CAMA, pada suatu hari ia melihat mama kandung Kain Wenehule Hubi,Toarekhe Itlay menetekkan anak babinya sambil berkata “yi wam ena oo..” (ini babi piara) oleh karena itu ia menyebut tempat ini Wamena. Namun dalam catatan arsip gereja Katolik pendeta Rose mulai berdomisili di Wamena sejak bulan September 1960 dan tidak pada tahun 1957-1958. Ada pula yang mengatakan Wamena berasal dari kata Wam-Ena  yang berarti sedang memelihara babi.

Kabupaten Jayawjaya secara administrative terdiri dari 11 Distrik, 116 kampung, 1 kelurahan (BPS Kabupaten Jayawijaya ,2010). Distrik-distrik itu antara lain : Distrik Wamena, Distrik Assolokobal, Distrik Walelagama, Distrik Hubikosi, Distrik Palebaga, Distrik Asologaima, Distrik Musatfak, Distrik Kurulu, Distrik Bolakme, Distrik Wollo, dan Distrik Yalengga.

Jumlah penduduk Kabupaten Jayawijaya berdasarkan data Bapeda jayawijaya than 2009 adalah 193.718 jiwa. Sedangkan berdasarkan BPS hasil sensus 2010 adalah 199.557 jiwa yang terdiri dari 102.581 jiwa laki-laki dan 96,976 jiwa perempuan. Dengan luas wilayah 8.496 kilometer maka kepadatan penduduknya kira-kira 23 jiwa per kilometer persegi.

Terdapat 3 suku besar yang mendiami Jayawijaya yaitu Suku Ngalum, Suku Dani, Suku Yali dan suku-suku lainnya. Sedangkan untuk pendatang banyak dari Suku Makassar, Bugis, Toraja, Jawa, Batak,Minang, Madura dll.

Agama
Agama mayoritas penduduk adalah Kristen. Mayoritas penduduk Asli memeluk Kristen karena pengaruh misionaris yang sudah lama dan focus untuk menyebarkan injil di Papua, sedangkan penduduk yang beragama Islam kebanyakan adalah pendatang, tetapi ada beberapa daerah yang masyarakat pribumi memeluk Islam Seperti di Distrik Walesi, Megapura, Hitigima, Air Garam dll.

Umbi-umbian merupakan salah satu makanan pokok penduduk Jayawijaya. Umbi-umbian ini disebut juga Hipere. Masyarakat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.


Objek Wisata
Jalan-jalan di Wamena sebaiknya memiliki rencana yang jelas. Kita harus mempertimbangkan juga harga-harga yang sangat tinggi di sini. Kita bisa memilih mobil, motor, sepeda , becak atau angkutan umum. Untuk rental mobil sehari biasanya 800.000, sedangkan harga bensin eceran 20.000/ liter, naik ojek ongkos sekali jalan dalam kota biasanya 10.000 , becak perjalanan dalam kota 10.000. sedangkan angkutan umum dalam kota adalah 4.000.

Jangan panik ketika mendengar harga barang-barang yang tinggi, ini disebabkan akses satu-satunya dari Jayapura ke Wamena hanya melalui jalur udara. Dari Jayapura biasanya naik pesawat Trigana Air, Walesi Air atau Merpati Nusantara dengan ongkos Jayapura-wamena sekitar 700.000-900.000 atau bisa juga menggunakan pesawat Hercules dengan ongkos yang lebih murah tapi penumpang harus berdiri. 

Sedangkan menuju kabupaten-kabupaten lain di Pegunungan Tengah tidak semuanya bisa langsung dari Jayapura, harus ke Wamena dulu kemudian dari Wamena ditempuh dengan menggunakan peswat-pesawat perintis dan sebagian ada yang bisa ditempuh dengan jalur darat.  

Beberapa wisata Alam di Jayawijaya
1.       Jembatan Gantung Wesaput
Jembatan gantung ini terletak di Wesaput, sekitar 2 kilometer di Selatan Wamena. Lokasi ini bisa ditempuh dengan mobil, motor maupun dengan angkutan umum. Jembatan gantung ini pada mulanya dijalin dari rotan kemudian diperkuat dengan kawat baja.mask ke area ini tidak dipungut biaya.

2.       Telaga Anegara
Telaga ini memiliki panjang 1 kilometer dan lebar 100 meter. Selain  pemandangannya yang indah, daya tarik telaga ini adalah Desa Anegara yang berada di dekat telaga. Telaga ini terletak 38 kilometer dari Kota Wamena. Dan dapat dicapai dengan 45 menit berkenderaan.

3.       Gua Kontilola
Gua ini memiliki stalagmite dan stalagtit yang sangat indah. Di dasar gua terdapat sungai dengan air yang mengalir. Gua ini terletak di Desa Abusa, Distrik Kurulu, sekitar 20 menit perjalanan dari kota Wamena.

4.       Gua Wihuda
Gua ini bercabang di dalamnya. Cabang sebelah kiri memiliki panjang sekitar 100 meter, sedangkan cabang sebelah kanan panjangnya sekitar 905 meter. Gua ini terletak di Desa Wosilimo,Distrik Kurulu.

5.       Telaga Biru Maima
Telaga biru Maima diyakini mengandung misteri tentang asal usul lahirnya manusia di Lembah Baliem. Telaga biru Maima yang dalam bahasa daerah berarti “tempat di bawah dimana ada air”. Airnya selalu berwarna biru kehijau-hijauan.

6.       Sumber Air Garam di Atas Gunung
Berada di desa Jiwika dapat di tempuh dari Kota Wamena selama 20 menit. Kemudian untuk ke tempat air asin butuh waktu sekitar 1,5 sampai 2 jam dengan berjalan kaki.

Wisata Budaya
1.       Mumi Aikima
Merupakan manusia yang diawetkan, disebut dengan mumi Aikima karena terleak di Desa Aikima, Distrik Kurulu. Berjarak sekitar 5 Km dari Wamena, bisa ditempuh dengan kendraan roda empat atau roda 2, pemandangan yang bagus akan kita dapatkan sepanjang perjalanan ke sana.

Mumi Aikima berasal dari seorang kepala suku besar yang pernah menguasai lembah Baliem yang bernama Werupak Elosak. Kepala suku ini dikenal ramah dan bijaksana sehingga untuk menghormatinya maka jasadnya tidak dibakar atau dikubur melainkan diawetkan. Selain di Aikima terdapat 2 mumi lain, salah satunya terletak di Desa Jiwika (15 KM dari Wamena) yang berusia sekitar 300 tahun  dan di Desa Pumo/Asologaima (33 KM dari Wamena) yang berusia sekitar 250tahun.

2.       Musem Pilamo
Museum ini terletak di desa Wesaput ,di dalam Museum ini memamerkan beberapa produk budaya dari masyarakat Lembah Baliem. Museum ini dibka dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore seiap hari. Pada hari libur dibuka sampai jam 4 sore. Koleksi museum ini diantaranya senjata-senjata tradisional yang digunakan dalam perang antar suku pada masa lampau. Senjata tersebut dinamakan Apwerek.

3.       Patung Ukumiarek
Patung yang sangat dihargai oleh penduduk Wamena ini adalah patung kepala suku yang terbunuh ketika terjadi perang antar suku Asokobal dan Suku Wiles. Patung ini merupakan symbol keberanian masyarakat Lembah Baliem yang berpartisipasi pada pilihan kebebasan penduduk pada tahun 1969. Patung Ukumiarek berwujud seorang laki-laki yang memakai Horim ( Sarung untuk menutup aurat dari bahan akar liar) serta ikat tradisional yang merupakan symbol keberanian seorang pejuang Lembah Baliem. Tangan kanan Patung ini memegang sebuah kapak batu sedangkan tangan kirinya memegang sebuah tombak.

4.       Festival Lembah Baliem
Festival Lembah baliem mempertunjukkan budaya suku-suku di Lembah Baliem. Festival ini sangat terkenal sampai ke Mancanegara sehingga biasanya banyak menarik turis Mancanegara pada bulan Agustus. Festival ini dilaksanakan menyambut tanggal 17 Agustus. Dalam festival ini dipertunjukkan atraksi perang-perangan dan juga berbagai atraksi yang menjadi tradisi suku-suku di sekitar Lembah Baliem seperti lomba pacu babi, lomba memainkan alat music dll.

7 comments:

Anonymous said...

saya komen karena ada kesalahan kata yaitu:
“Amoa” BUKAN tetapi "AGAMUA" yang berarti tempat bertemu orang banyak.
Nama Wamena berasal dari Bahasa Suku Dani yakni Wa dan Mena bukan tetapi "WAM dan ENA" yang berarti babi jinak,

Anonymous said...

saya komen karena ada kesalahan kata yaitu:
“Amoa” BUKAN tetapi "AGAMUA" yang berarti tempat bertemu orang banyak.
Nama Wamena berasal dari Bahasa Suku Dani yakni Wa dan Mena bukan tetapi "WAM dan ENA" yang berarti babi jinak,

Unknown said...

Siapa nama kepala suku terkenal dari Lembah Baliem?

Unknown said...

Siapa nama kepala suku terkenal dari Lembah Baliem?

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

Casino: Why is gambling the most dangerous of all
A casino gambling addict is worrione simply gambling the most dangerous 출장마사지 of all other people. A gambler's life is 1등 사이트 not just 메이피로출장마사지 about the outcome of https://jancasino.com/review/merit-casino/ an action,

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons